I.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Beras
di samping berfungsi sebagai makanan pokok juga merupakan komoditas sosial
politik yang strategis, sehingga permasalahan perberasan menjadi suatu agenda
yang sangat penting ketika dihadapkan pada masalah ketersediaan, efisiensi, dan
daya saing. Rendemen giling dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara
kuantitatif dari 70% pada akhir tahun 70 an menjadi 65% pada tahun 1985, 63,2
pada tahun 1999, dan pada tahun 2000 paling tinggi hanya 62%, bahkan kenyataan
di lapang di bawah 60%. Apabila 1 % penurunan rendemen maka kehilangan
kuantitatif beras lebih dari 500.000 ton, maka angka ini bernilai kerugian
devisa setara lebih dari 117,5 juta USD per tahun (asumsi produksi nasional 50
juta ton dan harga beras 235 USD/ton; KOMPAS,2001).
2. Permasalahan
Kondisi
rendemen di Indonesia Analisis deskriptif dari hasil survey
terhadap 89 perusahaan penggilingan padi di 6 Provinsi lumbung beras,
menunjukkan bahwa susunan komponen mesin penggilingan padi (konfigurasi)
berpengaruh terhadap rendemen beras giling dan kualitas beras giling.
Rendemen beras giling yang dihasilkan oleh penggilingan padi kecil (PPK) yang
berkonfigurasi sederhana yaitu Husker-Polisher (H-P) rata rata sebesar hanya
55.71 % dengan kualitas beras kepala 74.25 % dan beras patah 14.99 %. Sedangkan
penggilingan padi skala menengah (PPM) dengan konfigurasi
Cleaner-Husker-Separator-Polisher (C-H-S-P) menghasilkan rendemen, kualitas
beras kepala, dan broken masing masing 59.69%, 75.73 % dan 12.52 %.
Adapun penggilingan padi besar (PPB) yang memiliki konfigurasi Dryer – Cleaner
– Husker – Separator – Polisher – Grader (D-C-H-S-P-G) menghasilkan rendemen
61.48 % dengan kualitas beras kepala 82.45 % dan broken 11.97 %.
3. Tujuan
Bagaimana meningkatan produksi beras melalui peningkatan
rendemen.
II.
Pembahasan
Peningkatan produksi
beras melalui peningkatan rendemen potensial dilakukan. Namun, cara ini jarang
ditempuh. Padahal kalau dilakukan dengan serius, bisa mendongkrak produksi
beras 2 juta ton per tahun.
Bagaimana
caranya? Badan Pusat Statistik (2005-2007) memperkirakan, tingkat penyusutan
produksi beras dari panen sampai pengangkutan saat penjualan mencapai 10,2
persen. Dari persentase itu, sekitar 3,25 persen kontribusi dari industri
penggilingan padi. Penyusutan di industri penggilingan, terindikasi dengan
tingginya variasi kadar rendemen beras dalam bulir padi pada penggilingan satu
dengan lainnya.
Persatuan
Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia memperkirakan tingkat
kehilangan hasil beras di industri penggilingan setara Rp 10 triliun. Artinya,
bila tingkat kehilangan beras di penggilingan bisa ditekan dengan menaikkan
rendemen, produksi beras nasional bisa bertambah.
Dampak
positifnya, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor beras. Bahkan masih bisa
ekspor 500.000 ton per tahun.
Apa
saja yang bisa memengaruhi rendemen beras?
Pertama aspek
budidaya. Sekalipun areal tanam padi dan panen luas serta produktivitas tinggi,
tanpa kandungan rendemen beras yang tinggi, tidak begitu berpengaruh pada
produksi beras.
Karena
itu, rendemen beras harus mulai ditingkatkan pada level budidaya. Salah satu
yang memengaruhi tingginya kandungan rendemen adalah penggunaan pupuk TS atau
fosfor.
Dengan
pupuk fosfor (P) yang tepat, tingkat kemasakan bulir padi akan lebih kompak.
Produktivitas tanaman padi pun akan terdongkrak.
Sebaliknya,
kalau hanya andalkan urea (nitrogen/ N), banyak bulir padi yang hampa. Kalau
menjadi beras akan banyak noktah putih, alias kurang mentes (berbobot). Ada 1,2
juta rumah tangga petani tak bisa membeli pupuk, pantas jadi target utama
bantuan.
Kedua, waktu panen
harus tepat. Padi kurang baik dipanen pagi hari karena masih berembun. Tingkat
penyusutannya juga tinggi. Rendemen gabah kering panen dan gabah kering giling
selisihnya signifikan. Panen paling bagus dilakukan setelah pukul 10.00 pagi,
asalkan kondisi iklim normal dan tidak hujan.
Berbeda
lagi ulah para tengkulak. Mereka biasa memanen padi saat level kemasakannya
sekitar 90 persen atau berwarna gading. Saat ini, bobot padi paling berat
dibandingkan dengan yang tingkat kemasakan 100 persen.
Ketiga, peningkatan
rendemen saat di penggilingan. Setelah bahan baku yang didapat bagus, tinggal
mengandalkan pada mesin penggilingan, yang terdiri dari mesin pecah kulit (PK)
atau hasker, ayakan, dan polish. Mesin yang sesuai bisa mendorong rendemen
beras hingga lebih dari 65 persen dan patahan di bawah 10 persen.
Dengan
mengembangkan persaingan dalam industri penggilingan, mendorong perusahaan
penggilingan bersaing menghasilkan beras dengan rendemen dan kualitas tinggi.
Maka, margin keuntungan kian besar. Petani juga bisa menjual gabah lebih tinggi
karena ada insentif.
III. Kesimpulan
Peningkatan produksi beras melalui peningkatan rendemen dilakukan dengan aspek
budidaya yang tepat, waktu panet yang tepat dan peningkatan rendemen saat di
penggilingan. Peningkatan rendemen saat di penggilingan, mesin yang sesuai bisa
mendorong rendemen beras hingga lebih dari 65 persen dan patahan di bawah 10
persen.
Sumber
: - “Beras
Pak Gendut”, wodpress.comsite 2012
Daniel
Suryoputro,
Disampaikan
dalam rangka Pelatihan dan Supervisi (kamisan)
Tgl.
12 September 2013
Oleh
:
Babun
PPL BPP Paiton
Senang membaca "Bagaimana meningkatkan rendemen beras". Saya berpikir akar masalah rendahnya rendemen beras adalah tidak optimumnya budidaya. Sedangkan kehilangan beras selama proses hanya masalah teknologi yang mudah diselesaikan. Kalo saja ada yang mau mencoba dengan apa yang saya kerjakan, yang secara ilmiah dapat dengan mudah dijelaskan, tidak mengubah kebiasaan petani bercocok tanam, dan dapat menurunkan biaya produksi, Yaitu dengan memberikan semprotan daun mineral yang dikelat dengan bahan organik 100% alami yang saya kembangkan. Saya berharap ada yang bersedia mengkoordinir percobaan di lapangan yang melibatkan banyak kelompok tani dan dicatat serta dimonitor oleh BPP, sehingga yang dihasilkan bisa secara bertanggung jawab disebarkan kepada lebih banyak petani.
BalasHapusTerima kasih