Indonesia
telah mampu berswasembada jagung, namun sampai saat ini kebutuhan jagung masih
terus meningkat baik untuk pangan maupun pakan. Kebutuhan jagung untuk pakan
sudah lebih dari 50 % kebutuhan nasional. Peningkatan kebutuhan jagung terkait
dengan makin berkembangnya usaha peternakan terutama unggas. Hal ini menuntut
perlunya upaya swasembada jagung secara berkelanjutan.
Produksi jagung dapat ditingkatkan
melalui peningkatan produktivitas dan perluasan tanaman. Peningkatan
produktivitas dapat dicapai dengan menanam benih varietas unggul jagung
hibrida. Jagung hibrida adalah benih jagung dari hasil penyilangan dua atau tiga
tetua yang memiliki sifat unggul. Guna memperoleh produksi yang maksimal, tidak
cukup hanya penggunaan benih varietas unggul jagung hibrida saja, melainkan
perlu memperhatikan jarak tanam, pemupukan sesuai kebutuhan tanaman, dan
pengelolaan yang baik.
Benih Varietas Unggul
Jagung Hibrida
Penggunaan benih varietas unggul jagung
hibrida untuk menghasilkan produksi lebih tinggi dan dapat juga untuk pengendalian penyakit bulai. Benih varietas
unggul jagung hibrida harus bermutu, yaitu benih dengan tingkat kemurnian dan
daya tumbuh tinggi ( lebih 95 % ) yang umumnya ditemukan pada benih berlabel.
Kebaikan benih bernutu dan berlabel adalah tumbuhnya serentak dan lebih cepat,
menghasilkan tanaman sehat, tahan rebah, seragam dan berpotensi hasil tinggi.
Benih yang bermutu akan tumbuh serentak 4 hari setelah tanam ( HST ) pada
lingkungan yang normal. Dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan
penyulaman tanaman yang tidak tumbuh, demikian juga untuk penanaman jagung
hibrida ini. Peretumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak optimal, karena adanya
persaingan tumbuh antar tanaman dan tongkol tidak dipenuhi oleh biji akibat
penyerbukan yang tidak sempurna.
Benih dalam kemasan perlu diperhatikan
atau ditanyakan, apakah benih jagung tersebut telah dicampur dengan metalaksil.
Bila belum benih hendaknya diberi perlakuan dengan bahan kimia terlebih dahulu.
Bahan kimia yang dianjurkan untuk digunakan adalah metalaksil ( umumnya berwarna merah ) dengan
takaran 2 gram untuk 1 kg benih jagung. Metalaksil dibasahi dengan 10 ml air.
Cara ini dimaksudkan untuk mencegah perkembangan bulai yang merupakan penyakit
utama jagung.
Jarak Tanam
Jarak tanam jagung hibrida sebaiknya
tidak terlalu rapat. Karena berpengaaruh terhadap pengambilan unsur hara dalam
tanah dan akhirnya mempengaruhi produksi. Penggunaan benih varietas unggul
bermutu akan menghemat jumlah penggunaan benih. Populasi tanaman yang
dianjurkan antara 66.000 – 75.000 tanaman perhektar. Untuk itu jarak tanam yang
dianjurkan antara 70 x 70 cm x 20 cm dengan satu biji per lubang atau antara 70
x 75 cm x 45 cm dengan 2 biji per lubang.
Pemupukan
1)
Pupuk organik/kotoran ayam, yang diaplikasikan pada saat tanam sebanyak
segenggam atau sekitar 25-50 gram per lubang. Penempatannya sebagai penutup
benih. Kebutuhan pupuk organik per hektarnya dengan cara pemberian tersebut sekitar
1.5 - 2 ton.
2)
Pupuk an-organik semuanya bersumber dari pupuk tunggal yaitu Urea, SP-36 dan
KCl. Dosis yang ditambahkan untuk Urea adalah 300 kg/ha; SP-36 sebanyak 100
kg/ha dan KCl sebanyak 100 kg/ha.
3)
Waktu aplikasinya adalah sebagai berikut :
-
Urea pada umur 7-10 hari setelah tanam (hst) sebanyak 100 kg/ha; SP-36 sebanyak
100-150 kg/ha dan KCl sebanyak 50-100 kg/ha.
- Pada umur 25-30 hst diberikan Urea sebanyak 100-150 kg/ha
dan KCl sebanyak 50-100 kg/ha.
-
Pada saat tanaman berumur 40-45 hst diberikan urea sebanyak 100 kg/ha.
4) Cara aplikasinya adalah sebagai berikut :
-
Pada saat tanaman berumur 7-10 hst, Urea + SP-36 + KCl dicampur secara merata
dan segera diaplikasikan dengan cara ditugal di samping tanaman dengan jarak
sekitar 7.5-10 cm dengan kedalaman 5-7.5 cm kemudian ditutup tanah.
-
Pada saat tanaman berumur 25-30 hst, Urea + KCl dicampur merata dan
diaplikasikan dengan cara ditugal di samping tanaman dengan jarak sekitar 10-15
cm dengan kedalaman 5-7.5 cm kemudian ditutup tanah.
-
Pada saat tanaman berumur 40-45 hst, pupuk Urea diaplikasikan dengan cara
ditugal di samping tanaman dengan jarak sekitar 15-20 cm dengan kedalaman 5-7.5
cm kemudian ditutup tanah.
Dengan pemberian pupuk yang sesuai kebutuhan tanaman dalam
arti tepat jenis dan tepat jumlah serta waktu pemberiannya yang tepat pula,
maka diharapkan tanaman jagung akan dapat berproduksi maksimal sehingga dapat
memberikan hasil produksi yang tinggi di dukung dengan harga yang baik, maka
pendapatan petanipun akan meningkat.
Pengelolan
Irigasi
Sampai saat ini masih terjadi perubahan
iklim yang ekstrim, sehingga menyebabkan tanaman mengalami
kekeringan
pada musim kemarau dan kebanjiran pada musim hujan. Oeh karena itu petani harus
mampu mengelola/mengatur air yang meliputi : jumlah, cara dan saat pemakaian
air, sehingga mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan air.
Tanaman jagung untuk hidup dan
berproduksi membutuhkan air, meskipun
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan tanaman padi. Pada lahan kering atau
tegalan tanaman jagung ditanam pada musim hujan agar cukup banyak mendapat air.
Agar tanaman jagung tidak kelebihan air pada musim hujan, perlu dibuat saluran
drainase. Untuk menekan biaya tenaga kerja, saluran drainase dibuat bersamaan
dengan pembumbunan tanaman. Sedangakan tanaman jagung yang ditanam pada lahan
sawah, umumnya ditanam pada akhir musim hujan. Pada musim kemarau, tanaman
jagung perlu mendapat pengairan sebelum menunjukkan gejala kekeringan. Sumber
air dapat berasal dari jaringan irigasi atau sumur di sekitar lahan atau air
tanah yang diambil dengan pompa air.
Kelemahan Benih Jagung
Hibrida
Di balik kebaikan benih jagung hibrida,
ada kelemahannya, yaitu : tersedia dalam jumlah terbatas sehingga harganya
lebih mahal, tidak dapat ditanam kembali karena akan mengalami penurunan
produktivitas. Kemudian dalam membeli benih berlabel perlu hati-hati, karena
dilapangan banyak yang palsu. Untuk itu petani perlu saling memberi informasi
tentang kebenaran benih berlabel (berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar